Wednesday, September 3, 2014

Post-Galau

Halo!

Setelah bergalau-galau di postingan sebelumnya (berbulan-bulan lalu tepatnya), akhirnya…. Akhirnya. Aku makin ganteng.

Kenapa? Kok bisa?

Karena sudah lulus. Iya lulus menjadi hal yang bisa menjadikan kita lebih ganteng dari biasanya, tapi sayangnya cuma berlaku satu bulan dari lulus. Setelah itu, kita jadi jelek lagi kalau belum mendapatkan status selain pengangguran.

Entahlah, kalau dibilang apakah aku sendiri sudah lepas dari kata galau? Aku pasti jawab belum. Karena menurutku, galau itu harus selamanya. 


Loh? Kok harus selamanya? Malu-maluin aja, udah umur segini kok masih suka galau.

Tapi, ya kalo katanya orang-orang, galau itu ada banyak. galau cinta, galau akademik, galau karir, galau kawin, eh, galau nikah, dan galau-galau lainnya. padahal menurutku galau itu bisa kok diuniversalkan, dipandang umum, sebagai suatu perasaan yang resah-resah gitu deh.

Sayangnya, kenapa galau sekarang dianggap nggak berguna, alay, nggak ada masa depannya, dan anak labil banget lah..... 

Yah tapi ada benernya sih. Terkadang banyak orang ketika galau melanda, ya action setelah itu banyak yang sia-sia. Misal, galau nih, terus nggak mood, terus kerjaannya cuma buka-tutup inbox, atau sekarang buka-tutup jejaring sosial. Padahal jejaring sosialnya juga itu-itu aja. Sebenernya nggak penting-penting banget. tapi karena kamu sedang galau, dan males ngapa-ngapain jadinya ya melakukan hal nggak penting tadi.

Kalau galau akhirnya membuatmu seperti itu, maka kamu harus berubah. Karena menurutku galau adalah sumber dari sebuah perubahan. Asik.

Tanpa ada galau, kamu akan merasa dalam hidupmu yang normal-normal saja, kamu akan merasa nyaman dalam menjalani hidupmu. Tanpa ada galau, kamu akan terjebak yang namanya zona nyaman. Tanpa ada galau, kamu tetaplah kamu di masa lalu. Tanpa ada perubahan.

Percayalah kawan, seisi dunia terus beraktivitas, berusaha berkembang sebisa mungkin, baik yang bersih maupun yang kotor. Kalau kamu nggak merasa galau. Duh, kamu nggak akan bisa melihat keadaan itu semua. Dan kenyamananmu nggak akan bisa membuat suatu perubahan buat dunia ini. Padahal, sekarang dunia sedang membutuhkanmu yang sedang galau.

Contoh mudahnya adalah ini....


Buat para pencinta yang sedang patah hati, kamu nggak akan menjadi yang paling alay di muka bumi ini. Kamu mempunyai kesempatan untuk berbuat kebaikan untuk sesama (pencinta yang sedang patah hati)

Oh, benar juga, ya?

Benar atau salah, bisa bermacam-macam kalau dilihat dengan kacamata manusia. Yang terpenting adalah lakukan apa yang kamu percaya. 

Nah, kawan....

Galau nggak melulu menjijikan, galau nggak melulu berbicara tentang cinta, galau mungkin bisa menjadi obat yang manjur buat kita semua....

Agar kita bisa tetap menjadi manusia.


*note : terima kasih bung Ahmad Saiful Fathi atas kiriman randomnya, yang selalu keren.