Sunday, June 2, 2013

Bayi

Pernah kebayang ga sih kita berada di badan seorang bayi, tapi pikiran kita sudah seperti dewasa? Pernah dong ya, itu udah umum banget khayalan buat orang-orang tua kayak kita ini. Dan aku pun salah satu dari orang itu. Mumpung ga ada salahnya kita sedikit berkhayal. Yuk berkhayal. Seandainya ada mesin waktu di depan kita. Dan..

Wuss..

Aku membuka mata, dan aku sekarang berada di.. Hmm.. Di atas kasur yang empuk, tapi.. Aku gak bisa bergerak! Ergh. Aku berusaha menggerakkan tangan aja susahnya minta ampun. Aku lagi dimana ini! 

Ah ternyata aku lagi digedong. Entah aku sebenernya gak tau detil kenapa sih bayi itu harus digedong, yang aku tau katanya digedong itu buat kaki bayi ga bengkok. Bener apa gaknya, aku gak ngerti. Yang jelas aku salah berkhayal. Bagaimana bisa mainan? Kalo misalnya tiap hari digedong gini. Cuma merem melek aja kegiatannya. Sama klamut klamut pake lidah karena gigi yang belum tumbuh.

Yasudah, kita ganti waktu dan tempat. Biar lebih seru. Sepi gini gak ada orang, mungkin lagi pada pergi kerja.

Wuss..

Aku membuka mata, dan wow! Aku sedang merangkak! Wih canggih juga nih aku udah bisa ngerangkak aja. Lagi-lagi di kamar dan di atas kasur yang empuk. Entah kenapa bayi itu memang identik dengan kasur. Tapi bagi orang tua seperti aku ini kasur adalah hal yang menyenangkan. Dan kali ini banyak orang yang menyambutku. Wihiy! Sepertinya kita sedang bermain tangkap-aku-kalo-bisa dengan beberapa orang. Sepertinya itu Orang tuaku, Om, dan Tanteku yang sedang berkunjung. 

Aku pun merangkak cepat ke arah tanteku yang terlihat cantik. Maklum pasangan muda. Ah, entah kenapa perasaanku seperti bahagia sekali ketika aku mulai merangkak cepat, tanpa sadar aku tertawa sendiri sambil merangkak menuju Tanteku. Dan tanteku pun menangkapku sambil tertawa juga. Kami pun yang berada di  kamar yang sama sontak tertawa bersama juga karena aku tertawa makin nyaring ketika mulai diangkat ke pelukan Tante. 

"Aaaah, lucunya ponakan Tante ini. Duh Pram, mirip banget Jalu denganmu. Pipinya tembem dan punya lesung pipit." Tante memujiku, kemudian dengan cekatan tante mulai menciumi aku dari pipi sampai ke udel. Ah, aku gak tahan, sensasi ini terlalu menggelikan. Aku tertawa menahan geli, dan entah kenapa tante semakin semangat mencium udelku. Sebegitu menarikkah udel seorang bayi untuk diciumi?

Om dan Orang tuaku hanya tertawa melihat aku dibully oleh Tanteku. Setelah Tante, sekarang gantian Om yang menggendongku. Dan kalian tau apa yang terjadi selanjutnya? "Nih Jalu, rasakan serangan Om!" Kata Om sambil tersenyum senang. Jenggot dan kumis tajam yang dimiliki Omku dengan beringas diarahkan ke perutku yang mulus ini. Aaargghhh. Kejam sungguh kejaaaam! Parah. Aku tertawa sejadi-jadinya. Tapi sekeras-kerasnya bayi tertawa itu adalah hal yang menyenangkan untuk didengar oleh para orang tua. Seandainya aku minum cukup tadi sebelum bermain, mungkin sudah kupipisi muka Omku. Argh.

Aku yang gak tahan geli ini, memilih ganti waktu dan tempat daripada dibuat geli seperti ini terus. Mereka hanya senang membuatku tertawa padahal kan tertawa menahan geli itu rasanya ga enak. Rasanya tuh kayak kamu diikat terus kamu dibuat geli dikaki dengan bulu, sampai rasanya pengen ngompol dan nangis. Ih dongkol!

Wuss..

Aku membuka mata, dan.. Hmm.. Ini adalah moment yang paling awkward. Sebenernya penasaran sih rasanya gimana, tapi tetep aja awkward banget. Aku pun terlalu malu dan sepertinya harus memilih ganti waktu dan tempat lagi. "Jangan terlalu lama di sini." Begitulah pikirku.

Dikamar, dengan keadaan aku digendong oleh Ibu. Yang siap untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi kesenangannya. 

Wuss..

Aku membuka mata, dan.. Wow! Pipiku sedang dicium oleh bayi lainnya! Sepertinya dia lebih tua satu tahun dari aku. Dan dari cara dia berpakaian sepertinya dia adalah perempuan. Bayi tidak akan ada bedanya kalau  tidak dibedakan oleh baju. Begitu kalau menurutku.


Sepertinya aku sedang di arisan ibu-ibu. Kami para bayi di satukan didalam ruangan dan diberi mainan, setidaknya ada 5 bayi di sini, dan diawasi oleh salah satu orang remaja perempuan. Mungkin dia adalah kakak dari salah satu bayi disini. Sudahlah tidak penting. Asal dia tidak membuatku geli di udel lagi. 

Inilah saat-saat yang aku tunggu! Bergaul dengan bayi-bayi lainnya. Walaupun aku gak yakin banget kita bakal bisa berkomunikasi dengan baik. Bayangkan kita cuma bisa ngomong "Hah, huh, kya, blub, nyanyanya." Padahal dalam hati aku sudah berusaha berbicara dengan baik, tapi entah kenapa yang keluar cuma seperti itu, bahkan air liur berbusa yang keluar.

Aku mendatangi bayi yang mencium pipiku tadi dengan merangkak. Dia sedang bermain donat-donatan.  Dengan rambut yang bergelombang menggunakan bando merah yang unyu. "Nya,nya,nya,nyaaaa"-Aku boleh ikut gak?- Sapaku ke dia. Aku berbaik hati, meraih donat yang sedang digigitnya, yah namanya bayi apa aja diemut, padahal kan itu jorok. Bayi tidak mengerti ini. Tapi ketika aku mencoba meraih donat itu, entah kenapa aku gak bisa mengontrol kekuatanku. Meraih donat tiba-tiba menjadi memukul donat ke bawah. Ah, dasar bayi, ototnya belum jadi benar. 

Tapi ketidak-sengajaanku tadi membuatnya menangis tiba-tiba. Ergh! Duh aku lupa kalau bayi itu sensitif dan cengeng. Aku yang tidak tau mau menanggapi seperti apa. Aku lanjut aja main donat-donatan. Donat itu kususun seperti membuat gedung tinggi. Tapi, bayi yang bermain donat tadi makin nyaring nangisnya. Sontak, bayi lain yang sedang sibuk mainan sendiri juga ikutan nangis. Jadilah nangis massal. Aku yang asik main donat tidak peduli.

Kakak perempuan yang menjaga kami langsung sigap menggendong bayi yang bermain donat tadi. Mencoba mendiamkan bayi itu dengan menggendong dan menyanyikan lagu. Sedangkan bayi yang lain? Orang tua yang tadi lagi arisan tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Dan menggendong semua bayinya masing-masing. Aku ditinggal sendiri. Toh aku ga peduli, membuat tumpukan donat yang tinggi dan tidak jatuh lebih seru menurutku.

Ah. Sepertinya memang aku tidak disukai oleh bayi. Padahal aku sudah menjadi sesama bayi. Tetap saja auraku tidak seperti itu. Oke. Sepertinya cukup dulu. Dunia bayi itu memang sangat lucu dan tanpa beban. Tapi bayi itu masi banyak hal terbatasnya. Saatnya kembali ke dunia nyata.

Wuss..

2 Komentar:

lia said...

Kamu tuh pas banget kalo bikin novel kocak, dapetttt kocaknya. Ini bukan komen satu tulisan ini aja tapi beberapa tulisan sebelumnya. Hmm.. kamu ga tertarik jadi stand up comedian?

Bentar Cucu Samibuti said...

Sebenernya sih masih harus belajar sama mbak-mas yang dikelas, tapi makasih mba hehe alhamdulilllah~ Tapi aku malu tulisan2 sebelumnya dibaca juga :|

Aku terlalu pemalu mba jadi stand up comedian hihi

Post a Comment