Saturday, June 1, 2013

Orang Bilang, Jangan Gampang Menyerah

Celana training dengan tali klewer-klewer, kaos oblong robek di ketek, dan jelas dengan gigi yang belum disikat sedari pagi. Entah, sudah tau dandanan begini, masi aja berani jalan-jalan di toko buku. Yang notabene, hmmm, pasti banyak cewe-cewe oke *ngelap iler*

Tapi peduli amat lah, yang penting muka ganteng, yang lain bisa dimaklumi. Enak ya jadi orang ganteng ternyata? fufufu. Aku ntah kenapa sudah lama tak bertandang ke toko buku. Dan ketika aku mulai memasuki pintu depan. Aaah, aroma buku baru. Delicious! Benar apa perkiraanku, toko buku dimayoritasi oleh para wanita, sayangnya belum ada yang bisa menarik hatiku *benerin rambut*

Aku sibuk benerin tali kolor training yang kupakai. Urgh, lain kali mending ganti tali rapia aja daripada ribet nali tali kolor yang suka melar kemana-mana. Yah sudah menjadi hobiku untuk menikmati waktu luang di toko buku, disamping aku sangat suka dengan aroma buku baru, aku juga sangat suka dengan aroma parfum wanita di toko buku. Memang toko buku itu istimewa, banyak kaum hawa yang bermain di sini. Beruntungnya aku. 

Tempat pertama kali yang kudatangi adalah rak komik. Iya lelaki jantan sepertiku sudah sewajibnya menyukai komik. Itu wajib. Suka komik sama dengan jantan banget. Prinsip yang selalu kupegang dari kecil. "Permisi mas, kalau buku tentang agama gitu dimana ya?" Seorang pria paruh baya bertanya padaku. Men! Emang dandananku udah kayak penjaga toko? Ah gak kok! Gagah gini. 

"Oh anu pak, di sebelah utara pak. Pojok." Jawabku dengan senyum agak maksa, soalnya bibirku gemeteran nahan posisi senyum. Ah bukannya dapet mba-mba oke malah bapak-bapak. Sudahlah mungkin emang nasib. Aku pun kembali sibuk nyari komik baru yang oke. 

Sampai ketika adegan-wajib-di-ftv muncul di depanku. 

Setelah aku mendapatkan komik yang aku mau, aku langsung menuju kasir untuk membayar. Tenang aja aku ga masukin ke sempak buat bawa kabur tuh buku baru. Walaupun muat, tapi tetep aja yang lain bakal ilfil ngeliat ada bentuk kotak gitu di depan celanaku. Okeh lupakan. Ketika menuju kasir, aku melewati rak buku majalah memasak dengan sesosok wanita oke didepan rak itu sedang memilih buku. Ah aku terlena. Aku gak berkedip, tapi aku tetap jalan. Alhasil tiang kayu tak berdosa aku sundul menggunakan jidat lebarku. "ADUH!" Aku mengerang lirih. Lirih banget, soalnya malu kalo ketauan banyak orang.

Wanita itu berbaju hijau, memakai cardigan. Kurus dengan rambut yang terurai. Matanya yang tajam membuat aku seperti tersetrum. Brrr. Argh gara-gara dia jidat lebarku tak lagi mulus seperti dulu. Mungkin aku harus menunda pembayaran di kasir. Aku harus kenalan dengan wanita ini. Minimal aku harus jadian dengannya. Yeah! Siapa berani yang nolak cowo ganteng macam aku ini?

Ini dia cara-cara yang aku pakai :

1. Ngeliatin dia selama 5 detik. 

Katanya di tipi sih kalo kita ngeliatin cewe yang kita demen sampe itungan 5 detik. Kalo si cewe ga ngeliat ke arah kita berarti cewe itu ga cinta sama kita. Kalo si cewe ngeliat juga ke arah kita. Oke! Langsung jadikan. Jadilah aku menggunakan cara ini untuk yang pertama. "Satu.. Dua.. Tiga.." Aku menghitung pelan sambil melihat melotot ke cewe berbaju hijau itu. Ergh kalo sampe lima ga noleh mending guling-guling diaspal aja ini. Malu. 

"Tiga setengah.. Tiga seperempat.. Tiga seperdelapan.." Aku masih ga rela cepet-cepet 5 detik. 

"Empat.. Empat setengah.. Empat seperempat.." Aku udah mulai nangis, ga ada tanggapan dan respon dari si cewe. 

"Lima.." Aku terduduk lemas. Cara pertama gagal, dia ga ada respon. Dia gak cinta sama aku. Hancur hatiku. Berani-beraninya dia tidak melihat gantengnya mukaku ini.

2. Dateng ke deket dia, lalu jatuhkan buku

Ini nih! Cara yang paling aku demen. Diadaptasi dari beberapa serial ftv, aku tanpa basa-basi melakukan cara ini. Aku mendekati dia yang masi sibuk mencari buku masak di rak itu. Rambutku yang berantakan aku rapikan lagi demi mulusnya cara ini. Yap! Aku sampai di depan rak buku masak. Dia hanya berjarak satu meter disamping dia. 

Aku mulai bergerak mendekati dia sambil berlagak sedang mencari buku. Menaruh telunjuk ke arah tumpukan buku, dan bergerak pelan-pelan ke dia. Mataku fokus melihat buku supaya terlihat lebih natural. Dan acara inti. Voila! Komikku sudah jatuh, supaya lebih drama lagi aku menjatuhkannya perlahan dan satu persatu. Cerdas? Sudahlah jangan memujiku terus. Dan supaya lebih eyecatching lagi, buku masak yang tersusun rapi didepanku juga kujatuhkan beberapa. Ah! Sekarang tinggal tunggu respon dia, aku pun merunduk hendak mengambil buku...

...


...

Aku sudah merapikan buku yang jatuh digenggamanku, tapi masih belum ada respon dari cewe berbaju hijau itu. Aku melirik kearahnya. 

Dan.. Epic! Dia sedang ngobrol dengan temannya! Aku menjedukkan kepala ke rak buku beberapa kali. Jidatku semakin tidak rata. Ah! Tapi ketika aku menjedukkan kepalaku ke rak, cewe itu dan temannya melihat ke arahku. Mereka memandang kasihan, atau mungkin jijik? Entahlah yang jelas mata tajamnya yang pada awalnya membuatku melayang, sekarang seperti menusuk tajam ke aku. Aku terdiam. Dia terdiam.

Kali ini juga gagal.

3. Menarik perhatian dia dengan menolong nenek menyebrang jalan.

Maksa nenek yang lagi makan nasi kuning buat nyebrang jalan. Oke! Tapi cewe itu lagi ngantri bayar bukunya. Lagian dia bayar bukunya didalam toko buku, sedangkan aku lagi disebrang jalan. 

Oke, gagal maning, gagal maning.

4. Langsung aja salaman ngajak kenalan, terus nembak ngajak nikah

"Kamulah tulang rusukku yang hilang selama ini" Aku langsung menembak dihadapannya, persis didepan antrian kasir. Semua melihatku. Ada yang melihat jijik, ada yang melihat senang kemudian malu-malu gigit sendal sendiri, ada yang malah sok awkward kemudian pergi dari antrian. Tapi gadis itu tidak. Dia tidak kemana-mana. Dia menghadapiku dengan jentel!

"Cuma kamu yang berani kayak gini ke aku" Dia menjawabku dengan senyumnya yang paling manis, sambil sesekali merapikan poninya yang menghalangi matanya yang melihatku.

"Karena aku yakin, iya. Kamu berbeda dari yang lain." Jawabku dengan semangat. Yeah! Akhirnya aku berhasil juga. Terkadang melakukan hal yang diluar nalar itu bisa memberikan kejutan yang diluar nalar juga. 

...

...

Setelah mencoba 4 kali dan 3 kali gagal untuk bisa menarik perhatiannya, akhirnya aku mendapatkan happy ending dalam usahaku ini. Sungguh terharu. Aku pun langsung meminta tisu ke salah satu orang yang sedang mengantri juga. Dan asiknya dia juga ngasi gitu aja tisu ke aku, padahal kita ga kenal. Mungkin dia terharu dengan kejentelanku yang menembak langsung si cewe berbaju hijau itu.

"Aku senang kamu berani melakukan ini ke aku, dan jelas aku penasaran dengan kamu. Aku tau kok kamu sudah melakukan beberapa aksi sebelum ini, tapi untuk yang ini aku salut." Jelas si cewe berbaju hijau, sambil dia melanjutkan transaksi pembelian dengan kasir. Meninggalkanku yang sedang dalam keadaan mulut menganga, seakan tak percaya.

Setelah membereskan urusan dengan mbak kasir, wanita berbaju hijau perlahan meninggalkanku. Iya sepertinya menanggapiku dengan positif tapi ya sudah. Tak ada kesan yang berarti. "Huh! Dasar PHP!" Kataku dalam hati.

"Tapi.." Cewe itu berbalik menghadapku lagi. "Kalau memang kamu adalah rumah rusukku yang kucari selama ini. Kita pasti akan bertemu kembali suatu saat. Kalau saat itu datang, lamarlah aku dengan benar. Itupun kalau kamu berani." Cewe itu mengedipkan sebelah matanya padaku. Aku terpana, entah harus menanggapi ini semua. Aku terlalu bingung. Mumet!

"Ah! Iya. Aku Beni! Nama kamu?" Aku meneriaki dia yang makin menjauh dariku.

"Panggil saja Ninda, see you next time Beni! Hope you're the one." 

...

Aku senyum-senyum salah tingkah. Sandal sudah habis aku gerogoti. Lalu apa lagi? Aku terlalu senang. Sudahlah walaupun sebenernya ini digantung. Tapi nyatanya emang aku belum berani untuk bisa lebih macho dan ganteng. Yah sudahlah. Ah! Aku sudah di motor, tapi bukunya.. Dimana? Bodohnya aku, tertinggal di kasir!

Aku balik ke kasir, mengambil buku yang sudah kubeli, lalu pulang kerumah. Setidaknya aku merayakan keberhasilanku ini dengan gosok gigi dan mandi. Merayakan sendiri.

Senyum itu, kedipan mata itu, dan ketika kamu menyebut namaku. Ah! Aku terima tantanganmu Ninda.

2 Komentar:

lia said...

Bikin cerita yang manis-manis lucu itu buat aku syusyaahhh... jadi aku salut sama kamu...

Bentar Cucu Samibuti said...

Mbak juga keren kok! Cerita hari ketiganya keren! Jadi inget UP tapi beda cerita hehe. Makasih alhamdulillah hihi

Post a Comment