Sunday, June 30, 2013

Isi Dapur

Cerita kali ini dimulai dari sebuah dapur, ketika peralatan dapur, bahan masakan, dan segalanya di dapur bisa bicara. Mereka bicara ketika tidak ada orang di rumah, atau ketika orang rumah semuanya tidur pulas. Mereka tidak ingin orang rumah tahu kalau mereka bisa berbicara juga, layaknya manusia. Mereka suka bercengkrama, saling bertemu, dan saling berteman. Mereka yang berupa bahan masakan, sesuatu yang bisa dimakan atau diminum. Tidak mengenal lapar dan haus, karena yang mereka rasakan hanya sensasi dimakan atau diminum. Sensasi itu yang membuat mereka merasa bisa selalu hidup, walaupun mereka habis ditelan manusia.




Gelas, piring, garpu, sendok dan peralatan makan lain-lain hari ini punya jadwal untuk membersihkan diri. Hari ini adalah hari bersih-bersih bagi mereka. Mereka berkumpul di wastafel, mereka mandi bersama. Satu lagi, mereka tidak mengenal kelamin. Yang ada hanya ketertarikan antar peralatan jenis yang sama tapi memiliki karakter suara yang berbeda. Mereka membedakan pria dan wanita hanya melewati suara. 

Mikrowave, kompor, magic jar, panci dan alat-alat memasak hanya melihat-lihat sekitar. Mereka bertugas menjaga dan memberi sinyal apabila ada tanda-tanda manusia yang datang. Sudah biasa, dalam kehidupan di dapur dan kebersamaan, jadwal piket jaga adalah hal yang biasa.

Sayur-sayuran, buah-buahan, keju, kecap, dan bahan-bahan untuk memasak berada di dalam kulkas. Hanya  mereka yang paling menyenangkan hidupnya. Mereka hanya berada di zona nyaman, sangat nyaman. Kulkas yang dingin, pasti dimasak, kemudian dimakan. Ah, hidup mereka enak juga. Tapi sayangnya ternyata menjadi bahan masakan diperlukan suatu kejelasan, mereka sangat beresiko mengalami kadaluarsa, atau lebih bisa disapa dengan kebusukan. Siapa yang mau bahan masakan yang busuk? Mereka tidak peduli, yang penting mereka nyaman setiap saat.

Hari ini bahan-bahan untuk membuat minumanlah yang memiliki masalah. Lebih tepatnya, para minuman sachet. Sepertinya mereka sedang mencoba memutuskan sesuatu.

"Aku! Aku lah yang paling dibutuhkan oleh para anak muda. Siapa bilang anak muda tidak bisa menikmati aku? Banyak buktinya. Tidak hanya bapak-bapak tua yang menikmati aku. Anak muda yang suka nonton bola, anak muda yang suka mengerjakan tugas, dan anak muda yang suka bermain game online. Jadi akulah yang paling pantas jadi ketua yang baru!" Ujar Kopi Hitam mengawali perbincangan.

"Halah, itu cuma segelintir orang aja. Kamu tuh pahit banget, bagaimana bisa banyak yang suka? Paling yang suka minum kamu cuma orang-orang yang memang sudah pahit hidupnya. Jadi bagi orang yang pahit hidupnya akan bisa lebih menikmati minuman yang pahit." Sindir Jahe Wangi.

"Hey, kalau ngomong hati-hati ya! Mana buktinya? Lihat tuh, sekarang banyak di televisi, iklan-iklan kopi. Itu bukti kalau kopi menjadi gaya hidup manusia sekarang." Balas Kopi Hitam.

"Ehem. Yah, tapi bukan kopi hitam kan? Yang banyak iklannya kan White Coffee. Lihat saja." White Coffee berdehem.

Kopi Hitam terdiam.

"Kopi itu gak sehat. Kopi itu bikin deg-degan, micu penyakit jantung. Trus buat orang yang lambungnya lemah, minum kopi sama dengan bunuh diri bung. Jadi kalian para kopi, kalian pembunuh berbahaya. Sadar dong. Jangan bangga dulu." Kali ini Minuman Bubuk Buah yang berbicara.

"Weits, omonganmu gak berbobot cuy. Makanya nonton televisi dong! White Coffee gak bikin deg-degan, kan low caffeine. Terus juga gak bikin lambung meringis, kan low acid. Makanya ngomong tuh harus dibarengi dengan pengetahuan yang terkini." White Coffee membalas Minuman Bubuk Buah dengan mudah.

Kali ini Minuman Bubuk buah yang terdiam. Kalah argumentasi. Ini yang membuat White Coffee menjadi merasa menang, dan superior. Merasa hanya dia yang cocok jadi ketua majelis minuman sachet.

"Tapi walaupun seperti itu, tetep aja ada caffeine dan asamnya. Ini yang ngebuat kamu tetap menjadi sesuatu yang berbahaya bagi penderita penyakit jantung dan penyakit maag. Walaupun ada tulisan low caffeine dan low acid, tetap aja kopi identik dengan caffeine dan asam. Gak gampang ngerubah mindset manusia tentang hal ini. Kamu nyata gak menyehatkan!" Lawan Jahe Wangi.

"Iya, yang paling netral, paling bergizi, paling menyehatkan. Cuma Susu. Ada komentar? Aku rasa tidak. Ini sudah statement yang tak bisa dibantahkan." Susu berdiri tegak dan muncul dari belakang sachet-sachet yang beradu argument.

"Tapi sayang, kamu kebanyakan dinikmati oleh lapisan masyarakat yang balita ke bawah. Sayang. Pasarmu masih terlalu sedikit dibanding kami." Kata Minuman Bubuk Buah.

Jahe Wangi, White Coffee, dan Kopi Hitam menganggukkan kepalanya.

"Masa ah? Kalian harus perhatikan, sekarang aku banyak dimodifikasi dengan baik sehingga bisa dinikmati oleh orang-orang dewasa juga. Bahkan aku sering menjadi bahan-bahan tambahan, maupun utama, untuk mencipatakan makanan atau minuman yang baru. Ini adalah argumen yang gak terbantahkan yang lainnya. Dan asal kalian tahu, kalian terlalu banyak terkontaminasi sama bahan kimia. Manis kalian palsu! Dibuat-buat!" Susu tertawa

White Coffee, Kopi Hitam, Minuman Bubuk Buah meneguk ludah sendiri. Mereka tidak bisa membantah itu. 

Jahe Wangi tertawa. "Memang benar apa katamu, Susu. Tapi kamu cuma sekedar menjaga asupan gizi. Untuk daya tahan tubuh, tetap aku yang paling memegang peranan penting. Manusia sakit? Manusia gak akan bisa sembuh hanya dengan meminum susu. Jahe Wangi sepertiku solusi paling mantap. Sahabat ketika banyak yang gak enak badan."

Perang argumentasi terus berlanjut. Tapi mereka masih belum bisa menentukan siapa yang akan menjadi ketua majelis minuman sachet. Ketua tersebut yang akan mewakili minuman sachet dalam Pertemuan Dapur Besar. Yang menetapkan peraturan yang ada di dapur, dan juga menetapkan hak dan kewajiban penghuni dapur. Tak heran mereka terus menunjukkan sisi positif mereka.

"Kalian semua diam. Kalian tidak bisa dikonsumsi, tanpa aku. Kalian semua tidak berguna, tanpa aku. Kalian semua bergantung padaku. Ada komentar?"

White Coffee, Kopi Hitam, Minuman Bubuk Buah, Susu, dan Jahe Wangi tertegun melihat satu minuman yang datang. Padahal dia bukan dari sachet, tapi dia memang tergolong dalam golongan minuman. Ah, dia memang yang paling cocok menjadi ketua majelis minuman sachet.

Air putih tersenyum melihat kelima temannya bisa menerima kenyataannya. "Baiklah, ada yang ingin disampaikan di Pertemuan Dapur Besar? Ada keluhan? Saran? Aspirasi?"

Mereka berenam pun berbicara panjang lebar, menentukan nasib mereka sendiri. Pertemuan Dapur Besar memang menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para penghuni dapur.

0 Komentar:

Post a Comment