Thursday, June 6, 2013

Kejutan dari Panti Asuhan

Kamu ceritanya sedang makan martabak dengan santai di salah satu sudut parkiran kampus. Nongkrong layaknya tukang ojek yang lagi nyari mangsa buat disiulin. Ditambah rokok yang dijepit di antara jari telunjuk dan jari tengahmu, kamu semakin mirip ketua geng motor. Hari libur tidak sama sekali membuatmu malas untuk menjalani rutinitas seperti ini. Makan martabak di siang hari sampai ada orang lewat buat dilemparin puntung rokok yang abis kamu hisap. Dan.. Jangan tanya dapat darimanakah martabak yang kamu makan itu! Mana ada tukang martabak yang jualan di siang hari? Jadi sudah jelas darimanakah martabak itu datang. Sisa begadang semalam.

Kurang kerjaan. Itulah yang kamu kerjakan ketika memang sedang bosan. Bosan dengan kisah asmara yang sekarang lagi musimnya. Macam musim kawin. Entah ada angin apa, yang jelas banyak pasangan baru yang muncul di kampusmu. Bahkan Bandot yang giginya hilang satu di depan itu baru jadian. Huh! Kapan dong giliran kamu? Ah, kamu tidak bisa membohongi diri kalau kamu juga menginginkan itu. Belahan jiwa. Tapi sayang kamu orangnya susah untuk jujur terhadap dirimu.

"Hoy! Ngelamun aje!" Ana menjambak rambutmu yang gimbal dari belakang.

"Anjrit!" Awalnya tidak ada kata-kata selain ini yang muncul dari mulutmu. Kamu terlalu sayang dengan rambut gimbalmu, "Apakah kamu tahu Ana Rizky Fathimah? Kamu telah mencelakakan rambutku yang seperti cahaya dalam hidupku."

"Apakah begitu paduka? Oh, maafkan hambamu ini." Ana membalas perkataanmu dengan logat yang sama dengan kamu biasa kamu gunakan. Entah. Tapi ini terdengar seperti mengejekmu.

"Jangan ganggu aku lagi. Aku sedang mencari inspirasi di balik peliknya kehidupan ini." Kamu membalikkan badanmu kembali seperti semula.

"Mau ketemu banyak cewe gak kamu? Yuk ikutan." Lagi-lagi Ana menjambak rambutmu, tapi kali ini dengan tarikan. Jadi kamu seperti kambing salah gaul yang ditarik-tarik oleh penggembalanya.




"Aargh. Ana hentikan.."

Percuma Ana sama sekali tidak mendengar perkataanmu sama sekali, dia tetap menarikmu. Tapi entah kenapa kamu tidak bisa marah kepada Ana, seharusnya kamu yang lebih bisa menjawab. Kamu ditarik terus, padahal kamu sudah bilang berjanji menurut, tapi tetap saja Ana menarikmu seperti itu. Sampai di ujung parkiran lainnya, yang ada mobil Xenia di depanmu. "Nah, sekarang kamu masuk sanah! Tenang aja kita bakal ngeliat banyak cewe kok. Kamu pasti senang" Ana mendorongmu untuk masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil sudah ada 2 orang, Zaky dan Nissa. Zaky yang berada di bangku supir, sedangkan Nissa berada di tengah bersama kamu sekarang, "Ana kejam juga ya sama kamu." Nissa tertawa melihatmu yang disiksa seperti kambing yang durhaka. Kamu cuma tersenyum kecul menanggapi perkataan dari Nissa, yang ada kamu sok cool mengikat rambut gimbalmu dengan karet yang selalu kamu bawa setiap hari di kantong celana jeansmu yang robek di lutut dan pantat. Kenapa di pantat? Sepertinya kamu senang memamerkan kolormu yang berwarna norak itu. 

"Sudah kamu diam aja duduk di belakang Bar." Kata Zaky sambil membenarkan posisi kacamata hitamnya yang sepertinya emang bukan miliknya. Longgar gitu.

"Oke! Yuk Zak, Cus!" Ana masuk ke dalam mobil duduk disamping Zaky. Kamu yang bingung dan memang sedang tidak ada kerjaan yaa ngikut aja diculik. Apalagi diculik Ana dan Nissa, duo primadona kampus yang memang sangat sial bisa berteman baik denganmu dari jaman SMA.

***

"Tenang aja Barry, kita bakal ketempat yang banyak ceweknya. Siapa tahu ada yang nyantol sama kamu. Lagian daripada kamu gak jelas gitu mojok di parkiran. Masi mending mojok sama cewek, lah kamu mojok sama tokek." Ana mencoba menghiburmu dengan lawakan garingnya. Untung aja dia cantik, kalau gak mungkin sudah kamu balas dengan ketawa yang nyaring dan garing. Krenyes.

"Ah terserah pada kalian saja aku menurut. Yang terpenting aku bisa bertemu dengan banyak bidadari yang tak bersayap nanti." Kamu menjawab dengan lagi-lagi sok cool. 

"Haha. Kamu masih aja make logat itu Bar? Sumpah ngakak aku." Zaky tertawa mengejekmu, sampai ilernya tanpa sadar keluar dengan bebas dari ujung bibirnya.

Memang banyak yang tidak betah berada di dekatmu selama ini dikarenakan logatmu yang sangat aneh. Sok puitis? Tidak juga. Sok baku? Banyak yang salah juga. Kamu hanya kebanyakan nonton opera sabun yang banyak menggunakan logat seperti itu. Tapi kamu tidak perduli. Selama kamu nyaman, that's okay. Untung saja ada Nissa, Zaky, dan Ana yang betah akan logatmu. Kalau tidak, kehidupan kampusmu tidak akan senyaman ini. 

***

Akhirnya mobil berhenti di suatu dusun yang kamu tidak tahu dimana. Yang jelas banyak kicau burung, suara jangkrik, dan banyak suara ribut dari suatu rumah. Ana yang memakai kaos berwarna abu-abu, dengan rambut tergerai, dan sepatu sneakers turun dari mobil dan menuju rumah yang ribut itu. Biasa saja sih, tapi mau diapain dialah primadona kampus, mau pakai karung goni aja pasti bakal tetap cantik. Sungguh beruntung kamu bisa berteman baik dengan Ana. Sesaat Ana berbicara dengan bapak-bapak dari dalam rumah, Ana memberikan kode untuk kalian segera menuju rumah tersebut.

"Yuk Bar." Nissa menarik rambutmu, sama seperti Ana menarik rambutmu menggiring keluar mobil. 

"Nissa, jangan kamu ikuti perbuatan yang tercela ini." Kamu pasrah ditarik-tarik kayak kambing.

"Haha. Bar, bar. Gimana mau dapet cewek. Tampang preman gitu, tapi logat kayak gitu." Zaky juga turun dari mobil. Dengan kacamata hitamnya yang longgar itu. Yah sepertinya dia salah gaul gitu, dandanan gitu kok ke desa.

Kalian dipersilahkan masuk oleh yang empunya rumah. Ternyata cewek-cewek yang banyak itu adalah anak-anak kecil! Jahat sekali Ana membohongimu. Dan kamu tahu akhirnya ternyata kamu sedang berada di  salah satu panti asuhan di pinggiran kota tempat kamu belajar. Anak-anak yang emang didominasi oleh cewek ini, menyambut kalian dengan suka cita. Ada yang teriak-teriak, ada yang malu-malu sembunyi di balik tembok, bahkan ada yang langsung minta gendong ke Nissa dan Zaky. Mereka berdua terlihat seperti keluarga baru yang bahagia. Yah mudahan saja begitu, toh mereka sudah bersama dari jaman SMP. 

"Yuk adik-adik kita mulai ya acaranya." Ana menggiring anak-anak itu ke ruang tengah untuk memulai acara. 

"Mbak, itu om yang serem di belakang itu om Barry?" Tanya salah satu anak kecil ke Ana.

"Hihi iya Dintan. Dia yang namanya om Barry." Jawab Ana dengan penuh kasih sayang, "Yuk cepat, kan kita  mau nonton bareng."

Bagaimana mungkin anak kecil itu bisa tahu namamu? Ah. Ana sebenernya ini acara apaan sih? Kok semuanya serba tiba-tiba dan aneh ini. Ternyata setelah kamu mengikuti anak-anak menonton bareng film Kungfu Panda, kamu juga tahu ini adalah salah satu program yang biasa Ana lakukan sebulan sekali dari organisasinya. Nonbar bareng anak yatim, "Hey Ana ada apa gerangan kamu tiba-tiba mengajakku untuk ikut acara seperti ini?" 

"Udah deh, ikutin aja." Ana menjawab singkat sambil terkekeh

***

"Sudah puas adik-adik nontonnya?" Nissa segera maju ke depan anak-anak itu, "Bagus gak filmnya?"

"Baguuuuuuusss kaak!" 

"Nah, sekarang sebagai penutup. Ada pertunjukan sulap dari Kak Zaky! Kita kasih tepuk tangan!"

Tepuk tangan riuh. Kamu hanya diam. Makin tidak mengerti. Sebenernya kamu tidak menyukai untuk ikutan acara seperti ini. Tapi entah kenapa ada perasaan yang melegakan setelah melihat keceriaan anak-anak itu. Sesaat kemudian, Zaky muncul masi dengan kacamata hitamnya tapi kali ini dia memakai topi hitam panjang yang biasa dipakai para pesulap. Dengan tangan cekatan khas para pesulap, dia sekejap mengeluarkan kelinci dan muncul balon-balon dari balik topinya itu. Tepuk tangan kembali ramai.

Nah kali ini sepertinya Zaky akan mencoba sulap yang lebih ekstrim. Kain hitam besar dikeluarkan oleh Zaky dari kantong celananya. Kemudian dia sepertinya kesulitan menggunakan kain besar itu di depan, "Kita sepertinya butuh bantuan dari orang yang rambutnya gimbal. Ada yang tahu siapa yang punya rambut gimbal dan serem?" Lanjut Zaky.

"Ituuuuu Kakk. Kakk Barry!!!" Jawab mereka serentak.

What the? Kok mereka semua jadi tahu namamu. Ini semakin bau ikan. Something fishy. Kamu yang tidak pernah muncul di acara seperti ini kok mereka tahu namamu? Pasti gara-gara Ana. Dialah dalang semua ini, "Baiklah, tapi berapa rupiahkah yang mampu kamu gelontorkan untuk meminta bantuanku?" Tantang kamu ke Zaky.

"Lebih dari yang kamu tahu yang jelas Bar." Jawab Zaky singkat penuh misteri.

Akhirnya kamu berdiri di depan anak-anak tersebut, dan membantu membentangkan kain hitam besar yang diberikan oleh Zaky. Kamu menahan kain hitam itu di depan Zaky. Zaky mengisyaratkan bahwa kamu tidak boleh mengintip juga, dan juga apabila dalam hitungan ketiga baru kain itu boleh di buka. Ah sudahlah, toh kamu juga pengen acara ini cepat selesai, "Sudahlah, kamu jangan terlalu banyak basa-basi, selesaikan saja."

Anak-anak itu menghitung dengan nyaring. 1.. 2.. dan.. 3! Suara sudah tidak ada dari balik kain itu. Kamu penasaran dan akhirnya membuka kain yang sudah menutupi Zaky itu, setelah dipaksa juga oleh anak-anak itu. Dan.. Zaky menghilang!!! How come! Kamu yang juga terkaget sampai rambut gimbalmu tersingkap ke depan jidatmu, seakan tak percaya. Zaky? Sejak kapan dia jadi pesulap yang hebat seperti ini? Kamu buru-buru melihat ke belakang untuk menoleh ke Ana dan Nissa. Tapi. Hah? Mereka juga tidak ada. Kamu hanya sendiri di ruangan tengah itu, dan melihat anak-anak mulai menangis karena ketakutan Zaky sang pesulap hilang dari hadapan mereka. Maklum rata-rata mereka baru berumur 8-9 tahun. 

Kamu yang tidak pernah mengalami hal yang mengerikan ini, jadi kebingungan. Kemana mereka semua? Kok bisa menghilang semuanya. Luar biasa memang sulap yang dibawa Zaky. Selain dirinya, dia juga menghilangkan Ana dan Nissa! Kamu mulai sibuk menggendongi anak-anak itu satu-persatu, tapi ya mereka juga semakin takut karena digendong oleh om gimbal seram. Jadinya tidak berhenti mereka menangis.

Tapi.. Sepertinya keributan ini tidak terlalu lama. Gimbalmu yang lama-lama menjadi rontok gara-gara kelakuan Ana, Nissa, dan anak-anak itu yang sedang menangis itu. Kamu yang sedang sibuk memberhentikan tangis anak-anak, kaget ada suara petasan dari ruang tamu depan. Kamu akhirnya berjalan ke depan, ke ruang tamu.

"Selamat ulang tahun! Kami ucapkan! Selamat panjang umur!" Teriak anak-anak yang tadi menangis. Secepat kilat mereka langsung berubah drastis, dari yang menangis sekarang jadi senang tertawa. Wow mereka pintar akting ternyata!

Nissa, dan Zaky ada di ruang tamu depan, dan Ana membawakan kue itu.




"Selamat ulang tahun ya Barry." Senyum Ana selalu membuatku meleleh.

"Jadi, kalian membawaku untuk memberikan kejutan indah seperti ini? Ah kalian memang sahabat sejatiku." Kamu tidak kuat menahan air mata. Seumur-umur baru kali ini ulang tahunmu dirayakan. Siapa yang mau merayakan ulang tahun bersama orang aneh sepertimu?

"Sudah gak usah sok-sok pake acara nangis gitu." Nissa menambahkan, lalu dia mengambil satu potongan dan diberikan ke kamu.

"Kok kamu yang ngasi sih Nis? Seharusnya kamu ngasi ke aku" Omel Zaky sok cemburu.

Ana dan Nissa tertawa mendengar celotehan Zaky, tapi kamu hanya bisa garuk-garuk kepala gimbalmu. Kamu terlalu awkward untuk bisa menghadapi moment itu, "Seharusnya Ana yang memberikan potongan pertama, eh kebalik ya kamu yang ngasi ke Ana, Bar." Omongan Zaky menusukmu. Ya kan?

Ana cuma bisa tertawa lagi mendengar lawakan Zaky. Akhirnya kamu mulai mengambil potongan kue dari tangan Ana, dan berusaha memberikannya. Walopun kamu tahu kamu berat melakukannya, terlalu malu. 

Ceprot!

"Eits! Jangan senang dulu!" Potongan kue yang diberikan Nissa ke Zaky, mendarat di mukamu. 

"Jiguuuur!"

Ana dan Nissa beserta anak-anak kecil itu kembali tertawa melihat kamu mengejar-ngejar Zaky dengan rambut gimbal yang bertebangan itu. Ah sungguh sore yang berbeda.

0 Komentar:

Post a Comment